"Allah hadir untuk menyelamatkan keluarga". Demikian rumusan tema Natal nasional yang ditetapkan PGI Dan KWI. Banjir bandang yang terjadi di 3 Provinsi pulau Sumatera membuat tema ini menjadi makin menggigit. Kita melihat di medsos puluhan ribu keluarga kehilangan rumah, korban jiwa mencapai angka 1.000 dan aneka rupa persoalan sosial pasti menyusul.
Sejauh ini Presiden masih terus yakin bahwa penanganan bencana terkendali, Menteri Bahlil mengaku listrik sudah 93% tertangani dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana menjelaskan bahwa bencana hanya heboh di medsos. Realita di lapangan menunjukan bahwa hidup ratusan ribu keluarga berada dalam ancaman serius.
Tindakan penyelamatan terhadap keluarga adalah mendesak, bukan hanya karena banjir bandang Sumatera. Penggunaan teknologi digital juga mengancam moralitas dan etos kehidupan rumah tangga Kristen. AI merusak dunia pendidikan. Tayangan kejar konten di medsos yang merusak susila dengan menampilkan organ reproduksi membuat kekudusan perkawinan sedang digerogoti virus cuan.
Di tengah kondisi ini tema Natal Nasional menarik perhatian: Allah hadir untuk menyelamatkan keluarga. Lalu muncul pertanyaan: Seperti apakah tindakan penyelamatan itu? Imajinasi mayoritas orang Kristen tentang Natal umumnya bernuansa Agung, dipenuhi semarak sorga. Gemerlap dekorasi Natal baik di rumah tinggal, gedung Ibadah, ruang publik di sudut-sudut Kota membuat sisi suram dari kehidupan sering lolos dari perhatian. Natal lebih sering disambut sebagai momen bersenang-senang, pakaian baru, makan enak, foto-foto mewah bertebaran di medsos, dan seterusnya.
Apakah seperti ini realita Natal yang sebenarnya? Dari 27 kitab Perjanjian Baru hanya ada dua yang menceritakan secara agak details suasana kelahiran dan masa kanak-kanak Yesus, yakni Matius dan Lukas. Sebelum menyelam ke dalam pemahaman tema Natal 2025 kita menggali lebih dahulu cara Matius dan Lukas menggambarkan momen kelahiran Yesus.
Matius dan Lukas satu suara: peristiwa Natal atau kelahiran Yesus - berlangsung dalam keluarga. Bintang berhenti tepat di atas rumah tempat anak itu berada. Matius juga membuat daftar panjang silsilah untuk menegaskan status Yesus sebagai keturunan Daud. Matius menutup cerita kelahiran dengan perjalanan pulang Yusuf membawa Maria dan Yesus dari Mesir ke rumah di Nazaret. Walaupun relatif miskin, ada kesan bahwa Yusuf mempunyai dua buah rumah. Satu di Betlehem yang sempat dikunjungi Para Majus. Satu rumah lagi di Nazaret tempat Yesus menjalani masa kanak-kanak sampai menjadi pemuda. Matius menekankan pentingnya rumah atau keluarga sebagai tempat kelahiran Yesus.
Lukas membuat bingkai keluarga menjadi lebih besar. Keluarga yang dibentuk Yusuf Dan Maria dengan Yesus sebagai anak di tempatkan dalam sejarah Dunia dengan menyebut adanya sensus oleh Kaisar Agustus, sejarah regional yang dipimpin Kirenius dan sejarah lokal tentang gembala Efrata. Lukas memberi perhatian ekstra pada rumah ibadah. Kelahiran Yesus sebagai yang dimulai dari Bait Allah (Gabriel bertemu Zakaria) dan juga berakhir di Bait Allah untuk disunat yakni waktu Yesus berusia 8 hari.
Toh kedua penulis ini memiliki tujuan yang sama, yakni menunjukkan bahwa dalam kelahiran Yesus Allah bertindak secara nyata untuk menyelamatkan karya ciptaanNya. Menurut Matius penyelamatan itu mulai dari keluarga, rumah tangga, sedangkan menurut Lukas penyelamatan bersangkut paut dengan rumah ibadah.
Warna yang Lukas tampilkan dalam menceritakan kelahiran Yesus adalah cerah, penuh dengan suasana sukacita. Hidup rumah tangga Maria dan Yusuf fine-fine. Kedua digambarkan miskin tetapi bahagia. Pelaku-pelaku dalam cerita kelahiran Yesus versi Lukas adalah tokoh-tokoh yang diliputi kebahagiaan. Mereka bernyanyi memuji, menaikan syukur dan membesarkan Tuhan. Ini juga suasana yang umum terjadi masa kini kalau orang-orang percaya datang ke gedung ibadah. Mereka merias wajah dengan bedak, pakai minyak wangi, baju dan sepatu baru, berpenampilan netjes, lalu datang untuk memuji dan bernyanyi. Dalam pasal 1-2 saja ada 20 kata bahasa Yunani untuk sukacita, pujian, bersyukur yang Lukas pakai untuk menggambarkan keceriaan peristiwa kelahiran Yesus.
Matius agak berbeda. Dia lebih menampilkan atmosfer suram alias sedih ketika bercerita tentang kelahiran Yesus. Ada awan hitam memenuhi rumah tangga Yusuf. Maria ternyata hamil, padahal baru status tunangan dan belum pernah ada kontak seksual dengan Yusuf. Itu sebabnya Yusuf membuat scenario putus diam-diam.
Keluarga di Betlehem ini berada dalam krisis serius. Belum selesai masalah hamil di luar nikah, Yusuf harus membawa Maria dan bayi Yesus mengungsi ke Mesir. Dapat biaya dari mana, bakal menumpang di rumah siapa menjadi gangguan bagi Yusuf. Keluarga Yusuf dan Maria di saat kelahiran Yesus tidak baik-baik saja. Maria malah ambil sikap yang beresiko. Dalam usia kandungan dini dia harus jalan kaki puluhan kilometer, ke pegunungan Yudea, bertemu Elisabeth untuk curhat. Matius menampilkan sisi suram dari kelahiran Yesus.
Lukas dan Matius menghadirkan gambaran yang kontras tentang kehidupan keluarga di mana Yesus lahir. Lukas tampilkan sisi sukacita dan syukur yang memang cocok dengan kondisi psikologi manusia saat berada di Bait Allah atau tempat ibadah. Matius menggambarkan kondisi riil kehidupan keluarga yang penuh masalah. Jadi kalau ada yang menjawab YA kepada MC yang suka bertanya: "MASIH ADA SUKACITA", jawaban itu sebenarnya basa-basi. Di rumah ibadah memang tidak ada airmata. Begitu sampai di rumah mulai gelisah tentang apa yang akan dimakan, dari mana dapat uang untuk bayar listrik, beli minyak tanah, setor tagihan koperasi, dan lain-lain.
Seperti biasa dalam hidup berkeluarga dan berumah tangga, semua pelaku yang ditampilkan Matius dalam kisah kelahiran Yesus adalah laki-laki: Yusuf, Orang Majus, Herodes dan para Ahli Taurat. Perempuan, termasuk Maria hanya hadir sebagai Pemeran Pelengkap. Maria hanya menjalankan skenario yang diputuskan Yusuf. Tuhan, melalui malaikat juga berdialog dengan laki-laki: Yusuf dan Orang Majus. Hidup dalam keluarga single parent pasti penuh masalah. Keluarga tanpa ibu, rumah tangga tanpa ayah pasti berjalan pincang.
Lukas menyoroti sisi lain. Dia membuat cerita yang tokoh-tokohnya berimbang: laki-laki dan perempuan: ada Zakaria dan Elisabet, Yusuf dan Maria, Simeon dan Hana. Di beberapa spot cerita, Lukas bahkan kasih tunjuk bahwa perempuan justru lebih besar perannya. Laki-laki hanya jadi penari latar. Ini memang cocok suasana ibadah di mana peran perempuan dan laki-laki berimbang, bahkan biasanya perempuan lebih menonjol. Tapi toh masalah akan muncul, seperti yang nanti Lukas tampilkan di kitab Kisah Para Rasul.
Sekarang kita masuk ke pendalaman Tema Natal 2025: Allah Hadir untuk Menyelamatkan Keluarga.
Dalam keluarga yang bermasalah yang digambarkan Matius ini, Allah Bapa mengutus sang Firman. Firman tidak datang dalam satu kondisi yang steril. Allah tidak menjadi manusia ketika kehidupan berlangsung aman terkendali. Allah justru hadir ketika badai sedang mengamuk dan rumah tangga terguncang. Kristus tidak hanya dikenal di dalam kemuliaan dan tidak terlena oleh pujian dan tepukan tangan saat Ibadah. Kristus juga ambil bagian dalam derita dan nista yang menimpa manusia.
Itu berlangsung sejak penciptaan. Bumi belum berbentuk dan kacau. Di situ Firman mengubah kekacauan menjadi ketertiban. waktu Israel diperbudak di Mesir dan keluarga-keluarga menjerit, Allah datang memberi kelepasan. Pada saat perkawinan di Kana kehabisan Anggur, saat 4.000 orang lapar, juga waktu murid-murid melarang anak-anak datang kepada YESUS, Firman menjadi kekuatan yang mengubah dan memuliakan.
Pada momen kelahiran Yesus, Firman hadir di tengah keluarga yang sedang diguncang krisis: Maria hamil di luar nikah, kita tahu akibatnya bagi perempuan yang Salah jalan. Yusuf berencana putus, Herodes mengirim mata-mata, Yusuf harus membawa keluarganya mengungsi. Maria pergi ke kampung Elisabeth untuk cari teman curhat karena tidak kuat menghadapi cemooh penduduk kampung Nazareth gara-gara kehamilan abnormalnya.
Masalah terlalu berat bagi Yusuf. Maria juga terguncang secara kejiwaan. Opsi bunuh diri bisa menjadi salah satu pilihan yang bisa saja terlintas di benak Maria atau Yusuf. Bisa juga Yusuf membujuk Maria untuk membuang Yesus di kandang saat lahir, supaya menghilangkan aib. Tapi Mereka tidak melakukan itu. Yusuf tidak bertindak seperti Yudas atau Saul. Ia mengalami metanoia. Rencana menceraikan Maria, diubah menjadi mengambil Maria sebagai istri. Dengan memberi nama Yesus kepada bayi dalam kandungan Maria, Yusuf memberi diri sebagai ayah bagi Yesus secara hukum. Yusuf siap hadapi semua resiko. Apa sih energi berkekuatan dahsyat yang menyelamatkan keluarga karena kehadiran sang Firman?
Tokoh-tokoh dalam kemelut peristiwa kelahiran mencari pegangan pada Firman Tuhan. Yusuf membuat hati kepada nasehat dari malaikat yang datang 3 kali kepadanya lewat mimpi. Firman itu bukan hanya jadi bahan renungan. Yusuf jadikan Firman itu sebagai panduan bertindak. “Firman pelita pada kakiku Dan terang di jalanku.”
Maria juga memilih jalan yang sama. Dia tidak membantah perkataan malaikat. Dia membuka diri dibimbing sang Firman: “Aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu.”
Dua sikap ini, dari Yusuf Dan Maria adalah produk Pendidikan Karakter dalam keluarga. Memang tidak ada data detail mengenal orang tua dan rumah tangga Yusuf Dan Maria. Tetapi kalau kedua tampil sebagai pribadi terpuji, tentu adalah hasil desain pendidik budi pekerti oleh ayah dan ibu masing-masing. Allah hadir untuk Menyelamatkan Keluarga, Salah satunya adalah lewat Pendidikan yang Bapa dan Mama berikan di tahun-tahun emas pertumbuhan seorang anak.
Orang tua yang baik memberi akar sekaligus sayap kepada anak-anak. Tidak peduli tingkat pendidikan orang tua. Pelajaran budi pekerti bukan diberikan melalui pendidikan formal dan teoritis. Budi pekerti adalah pelajaran melalui keteladanan Ayah dan ibu Yusuf serta Maria tentulah menjadi guru budi pekerti dalam rumah tangga.
Ini yang perlu terus dilakoni ayah dan ibu zaman modern. Tidak perlu merasakan risih jika berpenghasilan seadanya sehingga tidak bisa menyediakan perangkat digital kepada semua anggota keluarga. Yang paling penting adalah didiklah anak-anak dengan nilai-nilai Karakter seperti yang dilakukan orang tua Yusuf dan Maria. Penyelamatan Allah atas keluarga dan rumah tangga berlangsung - Salah satunya dan bahkan yang terutama adalah melalui pendidikan terhadap anak dalam keluarga. Inilah Salah satu nilai dari tema Natal 2025: Allah hadir untuk menyelamatkan keluarga.
Pdt. Ebenhaizer Nuban Timo.
Nota Bene:
Bagi teman-teman yang tergerak untuk membantu pelayanan BPH GEREJA PROTESTAN INDONESIA 2025-2030 bisa memberikan persembahan sukarela seiklasnya berapapun nominalnya ke Q-Ris GPI dalam link berikut:

KHOTBAH NATAL 25 DESEMBER 2025