1. Konteks Markus 11:12-14: Simbolisme Pohon Ara yang Tidak Berbuah
Perikop ini menceritakan Yesus yang mengutuk pohon ara yang hanya berdaun lebat tetapi tidak berbuah. Pohon tersebut kemudian seketika layu. Peristiwa ini menjadi metafora tentang kesejatian iman dan pelayanan . Pohon ara yang "hanya tampak subur" mencerminkan kepalsuan atau ketidakberesan: penampilan religius yang tidak diiringi buah nyata. Dalam konteks kepemimpinan gereja, ini mengkritik pemimpin yang terjebak pada "daun" (popularitas, citra, atau aktivitas di media sosial) tanpa menghasilkan buah pelayanan yang transformatif.
2. Tantangan Media Sosial: Antara Alat dan Jebakan
Di era digital, media sosial sering menjadi "ladang pelayanan" baru. Namun, ada risiko ketika pemimpin gereja lebih fokus pada konten viral, jumlah pengikut, atau estetika postingan ketimbang pelayanan langsung. Fenomena ini mirip dengan pohon ara:
- "Daun" media sosial : Konten inspiratif, live streaming ibadah, atau kutipan Alkitab yang kreatif.
- "Buah" yang hilang : Keterlibatan personal (misalnya, mendampingi jemaat yang sakit), pengajaran mendalam, atau pelayanan sosial yang menyentuh kebutuhan riil masyarakat.
3. Amanat Agung (Matius 28:19-20) dan Keterkaitannya dengan Markus 11:12-14
Amanat Agung memerintahkan murid-murid untuk "pergi dan menjadikan semua bangsa murid-Ku". Ini menekankan tindakan konkret (baptisan, pengajaran, pemuridan) yang menghasilkan transformasi hidup. Markus 11:12-14 mengingatkan bahwa pelayanan tanpa buah nyata tidak berkenan di hadapan Tuhan. Koneksi keduanya:
- Media sosial sebagai alat, bukan tujuan : Platform digital bisa menjadi sarana untuk mengabarkan Injil, menggerakkan aksi sosial, atau membangun komunitas. Namun, ia tidak boleh menggantikan relasi tatap muka, pendidikan iman, atau pelayanan kasih yang menyentuh kehidupan nyata.
- Urgensi pelayanan yang berbuah : Yesus menuntut respons segera (pohon ara layu seketika), menggarisbawahi bahwa pelayanan harus berdampak abadi , bukan sekadar tampilan sementara.
4. Prinsip bagi Pemimpin Gereja Masa Kini
- Prioritaskan Integritas atas Popularitas : Evaluasi apakah aktivitas di media sosial mendorong pertumbuhan iman jemaat atau hanya mengejar validasi eksternal.
- Gunakan Media Sosial untuk Membuka Pintu Pelayanan : Misalnya, gunakan platform digital untuk mengorganisir kegiatan pelayanan, mengajak jemaat terlibat dalam misi, atau membagikan kisah nyata transformasi hidup.
- Imbangi dengan Pelayanan Tatap Muka : Pendidikan anak, konseling, kunjungan ke komunitas marginal, atau advokasi keadilan sosial tetap menjadi fondasi pelayanan yang berbuah.
- Ukur "Buah" dengan Standar Kerajaan Allah : Bukan jumlah like atau share, tetapi perubahan hidup (pertobatan, kesembuhan, keadilan) dan pertumbuhan iman yang berkelanjutan.
5. Refleksi Teologis: Antara Iman dan Tindakan
Yesus menegaskan bahwa iman yang tidak diwujudkan dalam tindakan adalah mati (Yakobus 2:17). Markus 11:12-14 mengajarkan bahwa buah pelayanan lahir dari keselarasan antara panggilan ilahi dan ketaatan manusia . Pemimpin gereja perlu merenungkan:
- Apakah "daun" media sosial saya menutupi ketiadaan buah nyata?
- Bagaimana Amanat Agung bisa diaktualisasikan melalui strategi pelayanan yang holistik, menggabungkan kekuatan digital dengan sentuhan kasih langsung?
Kesimpulan
Menjadi pemimpin yang berbuah nyata berarti menolak terjebak pada ilusi kesuksesan virtual. Seperti Yesus yang mengutamakan kebenaran daripada penampilan, pemimpin gereja harus menggunakan media sosial sebagai alat pemberitaan Injil , bukan pengganti pelayanan yang mengubah hidup. Dengan demikian, Amanat Agung tidak hanya terdengar di dunia maya tetapi juga terwujud dalam realitas kehidupan jemaat dan masyarakat.
Menjadi Pemimpin Gereja yang Berbuah Nyata dalam Tantangan Pengaruh Media Sosial