Pendahuluan: "Sisa yang Terpilih" dalam Perjuangan Perempuan
Kitab Yesaya 4 menggambarkan "Anak Perempuan Sion" yang ditekan oleh kekuatan asing, namun dijanjikan pemulihan oleh Allah. Dalam konteks Indonesia, perempuan seringkali menjadi "kota yang terkepung" oleh sistem patriarki, ketimpangan, dan norma budaya yang menghambat kebebasan. Namun, seperti janji Tuhan dalam Yesaya 4:3, ada "sisa yang terpilih"—perempuan resilien yang menjadi agen perubahan di tengah tantangan.
1. Dinamika Sosial: Menjadi Cahaya dalam Budaya yang Menekan
"Kamu akan meninggalkan namamu sebagai puji-pujian bagi orang-orang pilihan Allah." (Yesaya 62:4, konteks serupa)
Di Indonesia, perempuan sering dihadapkan pada tekanan sosial seperti stereotip gender, kekerasan domestik, dan beban ganda (domestik + karier). Budaya patriarki yang menganggap perempuan sebagai "penjaga kehormatan keluarga" kerap membatasi akses mereka pada pendidikan atau keputusan hidup. Namun, seperti Sion yang dibangun kembali (Yesaya 4:4), gerakan seperti #NamaBaikPerempuan dan RUU PKS (Penghapusan Kekerasan Seksual) menunjukkan upaya memulihkan martaman melalui advokasi dan kesadaran kolektif.
2. Tantangan Ekonomi: Mengurai Benang Kesenjangan
"Ia akan menjadi penghakiman dan kekuatan bagi mereka." (Yesaya 4:3)
Partisipasi perempuan dalam angkatan kerja Indonesia masih rendah (55% vs 82% laki-laki, BPS 2022), dengan kesenjangan upah 19% (ILO, 2021). Banyak perempuan terjebak dalam sektor informal tanpa jaminan sosial. Namun, seperti janji pemulihan ekonomi dalam Yesaya, UMKM perempuan (48% pelaku usaha) dan program Kartu Prakerja menawarkan harapan. Perempuan seperti Nella, pengusaha kopi di Flores, membuktikan bahwa ketekunan bisa mengubah keterbatasan menjadi peluang.
3. Politik: Suara yang Terus Menggema
"Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang!" (Yesaya 60:1, paralel tema)
Keterwakilan perempuan di parlemen Indonesia hanya 28% (2024), jauh dari kuota 30%. Hambatan struktural dan budaya "laki-laki sebagai pemimpin" masih dominan. Namun, perempuan seperti Tsamara Amany dan aktivis Perludem terus menuntut kebijakan inklusif. Seperti Sion yang "dibangun kembali," UU Parpol yang mewajibkan 30% keterwakilan perempuan menjadi pijakan untuk perubahan.
4. Era Digital: Dua Sisi Mata Uang
"Aku akan membuatmu menjadi perempuan bersinar... supaya engkau tidak lagi disebut 'yang ditinggalkan'." (Yesaya 62:4)
Digitalisasi membuka ruang ekspresi dan ekonomi (e-commerce, konten kreator), tetapi juga menjadi medan kekerasan seksual online (53% korban perempuan, Komnas Perempuan 2023). Gerakan #MulaiBicara dan platform edukasi digital seperti WomenHub Indonesia menjadi "cahaya" untuk melawan kebencian dan memperkuat literasi digital perempuan.
Penutup: Bersama Membangun "Sion Baru"
Yesaya 4 mengajarkan bahwa pemulihan datang melalui kepercayaan pada janji Allah dan kerja kolektif. Bagi perempuan Indonesia, ini berarti:
- Advokasi untuk kebijakan yang adil (misalnya RUU PKS).
- Pendidikan untuk menghapus mitos gender.
- Kolaborasi antar generasi dan gender untuk inklusivitas.
"Jangan takut, sebab Aku menyertai engkau." (Yesaya 41:10)
Dengan iman dan aksi, perempuan Indonesia bisa menjadi "sisa yang terpilih"—pembawa harapan di tengah krisis, membangun Sion baru yang berkeadilan dan berkelanjutan.
"Sisa yang Terpilih" dalam Perjuangan Perempuan